KUALA KAPUAS - Puluhan hektar lahan persawahan milik warga Handel Swarga, Desa Anjir Kecamatan Kapuas Timur, diserang hama ulat grayak. Akibatnya, tanaman padi milik petani di daerah itu pun terancam mengalami kerusakan. Serangan ulat reayak ini cukup mengkhawatirkan, kapasitas serangan sudah dianggap membahayakan pertanamanan petani.
Dari kawasan berkisar 200 Ha lebih, 40 Ha diantaranya sudah terserang dan 15 Ha cukup membahayakan.
Namun dengan kesigapan para petugas penyuluh pertanian, serangan hama ulat grayak itu pun langsung dilaporkan ke Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Holtikultura Kapuas. Langkah Pengendalian dan pembasmian dilakukan, baik dengan cara menggenangi air disawah dengan pompa air, dengan cara kimia (penyemprotan dengan pestisida) maupun melalui cara manual yaitu dengan melakukan gopyokan dengan penangkapan langsung.
Menurut salah satu petani, Noor Aisyah, serangan hama ulat grayak baru diketahui setelah dia ingin membersihkan lahan persawahan miliknya, namun alangkah kagetnya dirinya setelah melihat tanamannya telah diserang hama ulat grayak atau ulat tentara.
Noor Asiyah pun kemudian langsung melaporkan hal itu ke pada petugas penyuluh lapangan (PPL) pertanian. Oleh PPL tersebut, laporan petani itupun kemudian diteruskan kepada pihak Dinas Pertanian TPH Kapuas.
“Sudah berapa tahun lamanya bertani, baru kali ini saja tanaman saya diserang hama ulat grayak. Karena saya khawatir tanaman saya rusak akibat hama, maka saya langsung lapor kepada petugas PPL,” ujar Noor Aisyah seraya menyebutkan tanaman padi yang mereka tanam adalah jenis varietas karang dukuh, Jumat (1/5).
Mengetahui lahan petani diserang ulat grayak, Kepala Dinas Petanian TPH Kapuas, Ir Afiadin Husni, langsung mengambil langkah-langkah pengendalian dan pembasmian dengan mendatangkan beberapa mesin pompa air untuk memasukan air ke lahan yang diserang ulat grayak.
“Ulat grayak menyerang tanaman karena akibat lahan yang kering, oleh karena itu lahan yang terserang dilakukan dengan menggenangi dengan air agar bagian bawah batang tanaman dan tanah tempat ulat grayak bersembunyi terendam, sehingga ulat naik kedaun dan kita lakukan penyemprotan dan penangkapan,” kata Afiadin Husni.
Selain pembasmian dilakukan dengan cara mengenangi lahan dan penyemprotan obat pembasmi hama. Upaya lain yang dilakukan oleh Dinas Pertanian juga dengan cara gopyokan menangkap ulat grayak.
“Ulat grayak yang di kumpulkan oleh warga dalam satu botol air kemasan ukuran tanggung kita hargai Rp 5 ribu, sedangkan ukuran besar kita hargai Rp 15 ribu. Hingga hari ini, Minggu (3/5) ulat grayak yang berhasil di kumpulkan dengan cara gopyokan seberat kurang lebih 35 Kg” ungkap Afiadin seraya menyebutkan serangan ulat grayak tersebut telah dapat mereka atasi.