Minggu, November 07, 2010

Peralihan Tenaga Kerja Tani Ancam Produktifitas Padi Kapuas

KUALA KAPUAS, Tabengan: Sebagai dampak dari adanya perpindahan tenaga kerja dari adanya suatu usaha perkebunan yang dikelola oleh Perusahaan Besar Swasta (PBS) dibeberapa kawasan wilayah di Kabupaten Kapuas yang selama ini menjadi salah satu kawasan yang dianggap banyak menghasilkan gabah/padi, menjadikan  perhatian serius pihak Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Holtikultura Kapuas.
Dari hasil evaluasi yang telah dilakukan oleh pihak Distan dalam beberapa tahun terakhir ini kurang lebih 35 % warga atau masyarakat petani yang tinggal di daerah Transmigrasi seperti Lamunti dan Dadahup  telah berpindah menjadi buruh kebun pada salah satu perusahaan perkebunan kelapa sawit.
Parahnya lagi kesemuanya justru adalah tenaga-tenaga yang masih produktif yaitu berkisar usia di bawah 35 tahun, dan yang masih tersisa adalah usinya yang dianggap sudah tak produktif lagi yaitu sekitar 50-60 tahun, dalam mengatisipasi dengan adanya perpindahan tenaga kerjanya ini pula menurut Kadistan Kapuas Ir. Afiadin Husni MP pihaknya sudah melakukan beberapa uapaya agar produktifitas tetap terjaga diwilayah tersebut, yaitu dengan percepatan mekanisasi pertanian.
Namun demikian dirinya tak menyangkal bahwa dengan adanya perpindahan itu  pasti akan berimbas kepada hasil “Saya tak menyangkal akan terjadinya penurunan produktifitas di kawasan areal dadahup dan sekitarnya, namun demikian kami akan terus lakukan berbagai upaya agar produktifitas gabah diwilayah/kawasan tersebut tetap terjaga”Kata Afiadin kala dibincangi Tabengan Sabtu (6/11) siang.
Menurut afiadin lagi dalam rangka penguatan dalam mempertahankan kawasan itu agar terjaga serta tak terjadi alih fungsi lahan, dirinya sudah memerintahkan kepada seluruh tenaga penyuluh lapanganya agar selalu giat lagi dalam memberikan seosialisasi terkait dengan percepatan menuju arah mekanisasi pertanian yang seyogyanya akan ditargetkan  dan digeber pada tahun 2013 nanti menjadi paling tidak pada tahun 2011 atau 2012 ini.
Dari hasil investigasi lapangan yang dilakukan wartawan Koran ini kenapa masyarakat petani di darah kawasan eks PLG atau Transmigarsi Lamunti dan Dadahup lebih tertarik menjadi buruh atau karyawan pada perusahaan Perkebunan , hal ini dikarenakan besaran upah yang mereka terima yaitu sekitar Rp 41 ribu / 7 jam dan mereka tak perlu mengeluarkan banyak modal namun hanya tenaga sudah bias mendapatkan uang, sedangkan kalau mengolah lahan pertanianya tentunya perlu banyak modal baik dalam hal mengeluarkan upah pada saat menanam dan menanam , pembelian pupuk serta juga tenaga lebih.
Seperti yang dikatakan  Marwah (44) dan Rahmi (38)  warga Lamunti A-2  asal Jawa Timur misalnya, selama kurun waktu 13 tahun ini menetap di areal Trans UPT Lamunti  hidupnya hanya bertani  namun penghasilan terkadang hanya cukup untuk kebutuhan sehari-hari saja, Nmun dengan menjadi buruh kebun dirinyapun dapat membantu suaminya untuk kebutuhan hidup dan sekolah anaknya.
Lain lagi yang dikatakan oleh Basuni (55) warga Dadahup G-1 yang berasal dari Trans Lokal yaitu Anjir Serapat km 5,5, yang menetap sedari awal pelaksanaan Trans ini, sejak bekerja sebagai buruh lapangan pada bibitan dirinya terpaksa meninggalkan pekerjaan lamnya sebagai petani, bahkan menurutnya lahan pertanianya yang ada akan diikutkan sebagai kawasan plasma “Dari pada tak saya kerjakan karena saya bekerja disini, lebih baik saya ikutkan plasma saja pak”Kata Basuni. (yul).

Rabu, November 03, 2010

Bimbingan Teknis Pasca Panen Gapoktan Se-Kabupaten Kapuas

KUALA KAPUAS,Tabengan: Dalam rangka meningkatkan produksi hasil panen padi yang selama ini dikerjakan oleh para petani sehingga terkelola dengan baik dan benar, para ketua Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) se-kabupaten Kapuas Rabu (3/11) diberikan bimbingan tehnis  penanganan pasca panen serta pola tanam sehingga tercapainya hasil mutu gabah/beras yang lebih baik.
Dalam penganan pasca panen padi  selama ini memang suatu permasalahan yang kerap dihadapi oleh para petani hal ini dikarenakan kurangnya kesadaran serta pemahaman para petani tersebut  pada pasca panen ini sehingga pada saat pemanenan jsutru banyak hasil yang terbuang, untuk itu dalam bintek ini sendiri diharapkan para petani dapat melakukan sesuai dengan prinsip-prinsip Good Handling Paractice (GHP)  sehingga mampu menghasilkan gabah beras yang memenuhi persyaratan dari segi mutu keamanan pangan .
“Kita harapkan dengan adanya bintek ini tentunya dapat memberikan pengetahuan lebih kepada para petani terkait bagaimana system atau pola tanam dan panen yang baik, karena kurang sadarnya para petani sedniri apabila melakukan panen dengan tidak mengikuti sitem tersebut tingkat kerugianya akan tinggi karena banyak kehilangan butiran padi yang dipanenya”Kata Ir.
Afiadin Husni MP, Kala dibincangi Tabengan usai membuka dengan resmi Bintek Gapoktan se- Kabupaten Kapuas yang dilaksanakan di Aula BPP Anjir Serapat Kecamatan Kapuas Timur.
Ditambahkanya dari hasil pengamatan mereka selama ini  tingkat kehilangan padi pasca panen yang dilakukan oleh para petani sangatlah tinggi yaitu berkisar sekitar 13% kalau dikalikan dengan rupiah tentunya dalam setiap Ha para petani sedniri akan mengalami kerugian sekitar Rp.100 rupiah, nah inilah yang akan patut mendapatkan pembahasan didalam bintek ini.
Sementara itu menurut ketua Pantia Penyelenggara Natalia Saptani SP. Kala menyampaikan laporanya mengatakan kegaitan Bintek ini seyogyanya akan dilaksanakan selama  hari  sedangkan peserta sendiri adalah sebanyak 115 orang yang terdiri dari 20 Penyuluh, 9 mantri dan 80 kelompok tani serta 6 orang dari Dinas Pertanian.
Sedangkan materi yang akan diberikan kepada seluruh peserta adalah paparan mengenai Diskusi kelompok Parktek Lapnagan dan Kesimpulan saran yang didapat dalam diskusi kelompok yang akan dilakukan.
Diharapkan pada bintek ini menurut Natalia dapat memberikan solusi serta pemecahan masalah yang selama ini dihadapai oleh petani, diakuinya masalah pertanian mempunyai problem ataui masalah yang paling besar baik penaganan pola tanam, pasca panen terlebih dengan masalah permodalanya.
“Kita harapakan para peserta dapat mengikuti Bintek ini dengan sungguh-sungguh sehingga dapat lebih meningkatkan pengetahuan akan dasar dasar penganan pertanian yang lebih baik”Kata Natalia.